MENGENAL TIKUS (Rattus argentiventer) DAN CARA PENGENDALIANNYA - Terastani

Foto Hasil Perangkap tikus di sawah

        Tikus merupakan Hama utama pada beberapa komoditas tanaman misalnya komoditas pangan, komoditas horti, perkebunan sampai ke pasca panen kita masih menjumpai serangan tikus ini. Seringkali ketika petani menjumpai tanamannya diserang oleh tikus biasanya akan putus asa karna meskipun sudah dikendalikan dengan berbagai cara, tetapi masih tetap ada serangan tikus di hamparan sawah atau ladangnya, dan biasanya saya mendengarkan beberapa hal mitos dari petani ketika terjadi serangan tikus yang parah secara sporadis dalam waktu yang bersamaan. 

Nah pada kesempatan ini saya akan mencoba mengenalkan anda dengan tikus ini, karna dengan kita mengenal kebiasaan tikus, kita juga akan mengetahui kelemahan dari hama yang satu ini. Jadi ketika tanaman kita terserangan oleh serangan tikus kita akan mudah mengendalikannya. 


Dibawah ini saya akan mencoba mengenalkan anda dengan tikus sawah dan untuk cara hidup dan berkembang biaknya akan sama dengan tikus yang lain seperti tikus ladang, tikus rumah yang membedakan hanya dari tempat bertahan hidup dan mencari makannya saja


BIOEKOLOGI TIKUS

Bagian pungggungnya berwarna cokelat muda berbercak hitam, perut dan dada abu-abu. Panjang kepala dengan badan 130-210 mm, ekor 120-200 mm, dan tungkai 34-43 mm. Jumlah puting susu tikus betina 12 buah, 3 pasang di dada dan 3 pasang di perut.


Kepadatan populasi tikus berkaitan dengan fase pertumbuhan tanaman padi. Serangan tikus dapat terjadi sejak di persemaian, pertanaman sampai pasca panen. Pada persemaian sampai tanaman fase vegetatif, populasi tikus umumnya masih rendah dan kepadatan populasi meningkat pada fase generatif.


Di lahan yang ditanami padi 1 kali/tahun, puncak populasi hanya terjadi 1 kali. Sedangkan lahan yang ditanami padi secara terus menerus (2 kali/tahun) puncak populasi akan terjadi 2 kali, yaitu pada saat tanaman fase generatif.


Pada saat tanaman fase vegetatif, kebutuhan gizi tikus jantan belum terpenuhi untuk membuahi tikus betina. Perkembangbiakannya mulai terjadi saat primordia dan terus berlangsung sampai fase generatif. Tikus jantan siap kawin pada umur 60 hari, sedangkan tikus betina siap kawin pada umur 28 hari. Masa bunting berlangsung selama 19-23 hari. Dua hari setelah melahirkan, tikus betina mampu kawin lagi.


Jumlah anak berkisar 2 - 18 ekor/induk/kelahiran :

Kelahiran I : 6 - 18 ekor/induk

Kelahiran II s.d VI : 6 - 8 ekor/induk

Kelahiran VII, dst : 2 - 6 ekor/induk

Secara teoritis dari 1 pasang tikus dapat menjadi kurang lebih 2000 ekor dalam waktu 1 tahun.

Perkembangbiakan tikus dipengaruhi oleh ketersediaan makanan di lapangan dan kondisi iklim. Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang harinya, tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah. Pada periode bera, sebagian besar tikus bermigrasi ke daerah perkampungan dekat sawah dan akan kembali lagi ke sawah setelah pertanaman padi menjelang generatif.


Kehadiran tikus pada daerah persawahan dapat dideteksi dengan memantau keberadaan jejak kaki (foot print), jalur jalan (run way), kotoran/feces, lubang aktif dan gejala serangan.



GEJALA SERANGAN

Tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir, dan menyisakan 1-2 baris padi di pinggir petakan (pada keadaan serangan berat).

Foto serangan tikus pada persemaian

Foto serangan Tikus pada pertanaman padi umur 30 Hst


AMBANG PENGENDALIAN

Apabila ditemukan serangan >15%

Cara Pengendalian

1.Tanam serentak

Keserentakan tanaman adalah serentak memasuki fase generatif, dengan selang waktu kurang dari 10 hari yang meliputi luas kurang lebih 300 ha.

Foto Tanam serempak dalam satu hamparan

2. Sanitasi dan kultur teknis

- Lingkungan yang bersih merupakan syarat utama dalam manajemen pengendalian hama tikus agar perkembangbiaknnya dapat ditekan.

- Meminimalisasi ukuran pematang dan tanggul di sekitar persawahan. Tikus sawah lebih menyenangi tinggal pad apematang yang tingginya antara 12-30 cm dengan lebar >60 cm.

- Pola tanam sangat menentukan tingkat populasi hama tikus.

Foto sanitasi saluran irigasi

3. Kombinasi penggunaan anjing,pengasapan dan perangkap bambu


Penelitian pengendalian hama tikus yang telah dilaksanakan ini lebih banyak menggunakan anjing. Pada tahun pertama penggunaan pengasapan dan pereangkap bambu hanya berperan sebagai komponen penunjang apabila penggunaan anjing sulit dilakukan. Akan tetapi pada tahun berikutnya pengasapan dan perangkat bambu lebih banyak menbunuh tikus, karena sebagian tikus menempati lubang yang cukup dalam dan sebagian lagi banyak memilih tinggal di dalam perangkap bambu terutama pada saat bunting dan bermalai.




Foto kegiatan pengasapan lubang tikus dengan belerang


4. Sistem pagar perangkap

Tikus menyenangi atau memilih padi fase generatif dari pada vegetatif, sehingga padi yang fase generatifnya lebih awal dari pada tanaman padi di sekitarnya akan mengalami kerusakan berat, karena semua populasi tikus yang ada di sekitar pertanaman akan memakan padi tersebut. Fenomena ini melahirkan teknik pengendalikan tikus dengan menggunakan tanaman perangkap. Tanaman perangkap tersebut diberi pagar yang berlubang dan di dalamnya dilengkapi dengan perangkap bubu, sehingga tikus yang masuk melalui lubang tersebut akan terperangkap.

5. Pengumpanan beracun

Pengumpanan beracun efektif bila tidak ada tanaman di lapang dan dapat dilakukan apabila ditemukan serangan >15%. Umpan diletakan pada tempat-tempat yang banyak dikunjungi atau dilewati tikus. Apabila umpan yang dipasang habis, berarti populasi tikus tinggi, perlu dilakukan pengumpana ulang pada saat menjelang akhir anakan maksimal.



Foto petani dan POPT gerakan pengumpanan racun tikus


6. Pemanfaatan musuh alami

Musuh alami hama tikus antara lain : kucing, anjing, ular sawah, dan burung hantu.

7. Lain-lain




Foto kegiatan Gropyokan Tikus Pra tanam petani beserta Desa, PPL dan POPT


Penggenangan lahan, gropyokan, dan pemanfaatan jaring. Pengendalian hama tikus tidak dapat dilakukan hanya oleh sebagian petani. Pengendaliannya harus terorganisasi secara baik dalam wilayah yang luas. Tanpa organisasi pengendalian yang baik maka teknologi pengendalian yang efektif tidak akan berhasilmenekan populasi hama tikus.

Sanitasi dan waktu tanam yang serentak adalah komponen penendalian yang harus dilakukan oleh semua petani. Namun dalam mengatur setiap komponen pengendalian diperlukan adanya keterlibatan pengambil kebijakan yang bekerjasama dengan penanggung jawab teknis agar pengendalian dapat ikoordinasi dengan baik.

Semoga Bermanfaat terima kasih....


Komentar

Archive

Formulir Kontak

Kirim